Tradisi Seren Taun di Kasepuhan Cisungsang Lebak, Simak Fakta Pentingnya

ZETIZENS.ID – Tradisi di Banten bukan hanya Seba Baduy loh. Ada juga yang namanya Seren Taun Kasepuhan Cisungsang. Keduanya sama-sama dari Kabupaten Lebak, Banten.
Tahun ini Seren Taun berlangsung 22-29 Oktober 2025. Kegiatan berlangsung pada 22 Oktober 2025 diisi dengan Rasul Leuit, 25 September 2025 Pantun/Bubuka, 26 September 2025 diisi Balik Taun Rendangan, 27 September 2025 Ngereremokeun, 28 September 2025 Seren Taun, dan 29 September 2025 diisi Panadaran.
Laman Kemenparekraf menjelaskan, upacara adat Seren Taun Kasepuhan Cisungsang menyuguhkan wisata budaya berpadu kearifan lokal.
Seren Taun merupakan prosesi upacara adat yang dilangsungkan sebagai bentuk rasa syukur atas melimpahnya hasil panen selama satu tahun penuh. Oleh karena itu, masyarakat adat Kasepuhan Cisungsang kemudian menggelar pesta panen, atau yang dikenal dengan Seren Taun.
Tahun lalu, untuk pertama kalinya, Seren Taun Kasepuhan Cisungsang masuk ke dalam 110 Karisma Event Nusantara (KEN), program strategis Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) RI.
Seren Taun Kasepuhan Cisungsang bersama Seba Baduy dan Festival Multatuli juga menjadi event unggulan yang berhasil masuk KEN pada tahun ini.
Rangkaian
Upacara adat Seren Taun pun mempunyai rangkaian yang panjang dan biasanya dilangsungkan selama beberapa hari.
Prosesi pertama yaitu Rasul Pare di Leuit yang menjadi tanda dimulainya upacara Seren Taun dengan menyimpan padi di lumbung sebagai stok bahan pangan untuk beberapa tahun ke depan.
Selanjutnya, ada prosesi Salamat Beberes Ngueh, atau prosesi selamatan sebagai tanda selesainya pembuatan kue untuk acara puncak.
Prosesi ini kemudian dilanjutkan dengan ritual Bubuka yang menyajikan kesenian khas Sunda, termasuk saling lempar pantun tradisional.
Kemudian, ada juga prosesi Balik Taun Rendangan, atau yang dikenal juga dengan Carita Balik Taun. Nah, proses ini merupakan kegiatan yang mempertemukan para ketua kelompok masyarakat adat (Rendangan) untuk melapor kepada ketua adat (Abah) di Imah Gede atau rumah ketua adat.
Setelah itu, ada juga prosesi Ngareremokeun, yaitu ritual persembahan untuk menghibur Nyi Pohaci yang dikenal sebagai dewi bagi masyarakat Cisungsang.
Prosesi ini dilakukan oleh para laki-laki dan perempuan yang sudah sepuh dengan melantunkan pujian tentang makna kehidupan sambil berbaris.
Terakhir, upacara adat Seren Taun diakhiri dengan memasukkan padi ke dalam lumbung padi sebagai penanda awal siklus bercocok tanam.
Ribuan
Tahun lalu, selama 7 hari penyelenggaraan acara, Seren Taun Kasepuhan Cisungsang secara keseluruhan melibatkan 2.288 orang yang terdiri dari pengunjung, pelaku UMKM, dan juga elemen masyarakat lainnya.
Seren Taun Kasepuhan Cisungsang juga dimeriahkan dengan kegiatan side-event lainnya. Adapun sejumlah penampilan kebudayaan yang disuguhkan selama penyelenggaraan acara antara lain jaipongan, wayang golek, hiburan band, dan juga atraksi budaya Lais.
Ada juga kirab budaya Nusantara yang diikuti oleh perwakilan dari siswa SD, SMP, SMA, hingga kelompok pemuda masyarakat.
Secara keseluruhan, kegiatan ini diikuti sekitar 2.000 orang baik itu sebagai penonton maupun yang mengikuti kegiatan kirab budaya.
Masuk sebagai agenda KEN, Seren Taun Kasepuhan Cisungsang menjadi event pariwisata untuk mempromosikan daerah melalui penyelenggaraan event. Lebih dari itu, event ini juga menjadi ajang untuk mendorong UMKM dan pelaku ekonomi kreatif lokal agar semakin berkembang.
Tahun lalu, selama penyelenggaraan acara, Seren Taun Kasepuhan Cisungsang diikuti sekitar 20 stand UMKM dari Kasepuhan CIsungsang, Baduy, dan juga masyarakat sekitar.
Berbagai produk unggulan mulai dari kerajinan tangan khas Banten sampai dengan makanan bisa ditemukan dengan mudah untuk memanjakan para pengunjung yang hadir.
Penghormatan
Perhelatan budaya ini bukan sekadar tradisi panen raya, tetapi menjadi bentuk penghormatan terhadap alam dan rasa syukur atas hasil bumi, terutama padi, yang menjadi sumber pangan utama masyarakat adat.
Sekretaris Adat Kasepuhan Cisungsang, Henriana Hatra, atau akrab disapa Kang Nochi, menjelaskan bahwa Seren Taun adalah ritual wajib tahunan yang melibatkan seluruh masyarakat adat.
“Ini bukan hanya soal seremoni. Ini komunikasi spiritual dengan alam, penghormatan terhadap tanah, air, dan hasil panen yang telah memberi kehidupan,” ujarnya dalam dalam dialog Mozaik Indonesia RRI Pro 1 Banten pada Jumat (25/7/2025).
Prosesi ritual utama dilakukan di rumah adat (Imah Gede) dan dilengkapi dengan berbagai kegiatan sakral yang tak pernah berubah dari tahun ke tahun. Sementara itu, side event seperti pertunjukan seni dan lomba-lomba turut menambah daya tarik.
Masyarakat adat dari berbagai daerah pun diwajibkan pulang kampung untuk mengikuti prosesi balik taun, menjadikan Seren Taun sebagai momentum silaturahmi dan konsolidasi budaya yang kuat.
Tahun ini, panitia menargetkan 18.000 pengunjung. Ribuan warga membuka rumah mereka bagi tamu secara gratis, menyediakan makan dan tempat tidur.
“Kami membuka diri bagi siapa pun. Kami suguhkan budaya kami, kami jaga bersama-sama,” ujarnya. (Zee)