Peluang dan Realita: Peran Talas Beneng dalam Ketahanan Pangan
ZETIZENS.ID – Indonesia sebagai negara agraris memiliki beragam potensi pangan lokal yang dapat mendukung ketahanan pangan nasional. Salah satu komoditas yang tengah mendapat perhatian adalah talas beneng, tanaman lokal khas Pandeglang, Banten.
Dengan kandungan nutrisi tinggi dan kemampuan tumbuh di lahan marginal, talas beneng menawarkan peluang besar untuk menjadi solusi ketahanan pangan. Namun, realita di lapangan menunjukkan bahwa pemanfaatannya masih menghadapi berbagai tantangan.
Potensi Talas Beneng dalam Ketahanan Pangan
Talas beneng (Xanthosoma undipes) dikenal memiliki kandungan karbohidrat, serat, dan zat gizi mikro seperti kalsium dan zat besi yang cukup tinggi. Sebagai sumber pangan lokal, talas ini tidak hanya berpotensi menjadi alternatif pengganti beras, tetapi juga dapat diolah menjadi berbagai produk seperti tepung, keripik, hingga mi sehat.
Keunggulan lainnya adalah ketahanan tanaman ini terhadap kondisi lingkungan. Talas beneng mampu tumbuh di tanah yang kurang subur dengan perawatan minimal, sehingga cocok untuk dikembangkan di wilayah dengan keterbatasan lahan produktif.
Potensi ini dapat membantu mengurangi ketergantungan pada impor pangan dan mendukung diversifikasi konsumsi masyarakat.
Menurut penelitian yang dilakukan mahasiswa Untirta di Pandeglang, talas beneng juga memiliki nilai ekonomi tinggi jika dikelola dengan baik. Banyak pelaku usaha kecil telah mencoba mengolah talas ini menjadi produk olahan bernilai tambah, yang tidak hanya mendukung ketahanan pangan tetapi juga meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal.
Realita di Lapangan: Tantangan yang Dihadapi
Meskipun memiliki potensi besar, pemanfaatan talas beneng dalam mendukung ketahanan pangan masih menghadapi beberapa kendala:
1. Minimnya Edukasi dan Sosialisasi
Banyak masyarakat lokal belum memahami manfaat talas beneng sebagai pangan alternatif. Sosialisasi mengenai pengolahan dan nilai gizi talas ini masih terbatas, sehingga penggunaannya belum meluas.
2. Kurangnya Dukungan Infrastruktur
Pengolahan talas beneng menjadi produk siap konsumsi membutuhkan teknologi dan fasilitas yang memadai. Namun, banyak petani di Pandeglang belum memiliki akses ke infrastruktur tersebut, sehingga produk talas sering kali hanya dijual dalam bentuk mentah dengan harga rendah.
3. Pasar yang Terbatas
Produk olahan talas beneng masih kesulitan menembus pasar yang lebih luas. Kurangnya branding dan promosi membuat produk ini kurang dikenal di luar Pandeglang, sehingga permintaannya belum signifikan.
4. Belum Ada Kebijakan Spesifik
Pemerintah daerah belum secara maksimal menjadikan talas beneng sebagai bagian dari program ketahanan pangan. Dukungan kebijakan yang strategis sangat diperlukan untuk mendorong pengembangan talas ini, baik dari sisi produksi maupun pemasaran.
Langkah ke Depan: Mengoptimalkan Potensi Talas Beneng
Untuk mewujudkan peran talas beneng dalam mendukung ketahanan pangan, perlu adanya sinergi antara berbagai pihak, termasuk pemerintah, akademisi, dan masyarakat lokal. Beberapa langkah yang dapat diambil antara lain:
1. Peningkatan Edukasi dan Pelatihan
Mengadakan pelatihan bagi petani dan pelaku usaha kecil tentang pengolahan talas beneng menjadi produk olahan yang menarik dan bernilai ekonomi tinggi.
2. Pembangunan Infrastruktur Pendukung
Penyediaan alat pengolahan dan fasilitas distribusi untuk meningkatkan kualitas dan jangkauan produk talas beneng.
3. Pengembangan Pasar dan Branding
Promosi produk talas beneng melalui platform digital dan event lokal dapat meningkatkan kesadaran masyarakat tentang manfaat dan keberadaan produk ini.
4. Dukungan Kebijakan Pemerintah
Pemerintah daerah perlu memasukkan talas beneng dalam program strategis ketahanan pangan dan memberikan insentif kepada petani serta pelaku usaha yang mengelolanya.
Talas beneng adalah salah satu solusi lokal yang potensial untuk mendukung ketahanan pangan di Indonesia, khususnya di wilayah Pandeglang. Dengan kandungan nutrisi yang tinggi dan kemampuan tumbuh di lahan marginal, talas ini memiliki peluang besar untuk dikembangkan.
Namun, realitas menunjukkan bahwa tantangan seperti minimnya edukasi, infrastruktur, dan pasar masih menghambat pemanfaatannya secara optimal.
Melalui kolaborasi yang solid dan kebijakan yang tepat, talas beneng tidak hanya dapat menjadi komoditas pangan lokal unggulan, tetapi juga berkontribusi pada ketahanan pangan nasional yang berkelanjutan. (*)
Ditulis oleh Nur Wulan, mahasiswi 5E Ilmu Komunikasi Untirta