Mengenang Andika Lutfi Falah, Gen Z yang Gugur saat Tragedi Demonstrasi 2025

ZETIZENS.ID – Dari deretan nama orang-orang yang gugur saat aksi demontrasi tragedi 2025, ada nama Andika Lutfi Falah di sana. Anak bungsu putra Abdul Ghofur yang masih bertatus siswa kelas 11 Jurusan Animasi di SMKN 14 Kabupaten Tangerang ini ternyata adalah gemar mendaki gunung.
Duka masih menyelimuti para penghuni Puri Bidara blok B6 no 5 Tigaraksa, Kabupaten Tangerang, Banten saat Zetizens mengunjungi rumah ini. Pada hari tersebut, Gubernur Banten Andra Soni akan takziah. Dan kabar mengejutkannya, Wapres RI Gibran Rakabuming Raka juga akan turut serta.
Sebelum para pejabat tersebut datang, para pewarta termasuk Zetizens mendekati kedua orangtua almarhum. Semula keduanya enggan bercerita karena kecewa dengan pemberitaan media sebelumnya yang tidak sesuai dengan pernyataan mereka. Sang ibu mengaku trauma karena berita simpang siur.
Namun pada intinya, dari cerita keduanya kepada para pengunjung yang datang, sang anak tidak pullang dari sekolah sampai malam. Sang anak tidak bisa dihubungi karena hapenya hilang saat pendakian.
Sang ibu konfirmasi kepada salah satu guru. Keterangan dari sang guru, sang anak sudah pulang sejak siang bahkan meminta izin pulang lebih dahulu dengan alasan mau mengantarkan si ibu yang ada urusan.
Sampai akhirnya sang kakak atau anak pertama mereka mendapat info dari media sosial ada anak tanpa identitas dengan kondisi koma di rumah sakit di Jakarta.
Sang kakak lalu berangkat ke Jakarta dan mencari ke rumah sakit seperti yang disebut di media sosial. Di sanalah sang bungsu terbaring di ICU. Namun nyawa sang anak sudah tidak tertolong.
Menurut pengakuan sang ibu, semua biaya ditanggung rumah sakit sampai sang anak dibawa ke rumah
“Kami sekeluarga udah ikhlas, semoga tenang di sana,” tutur sang ibu sambil menahan tangis.
Pendaki Gunung
Menurut penuturan sang ibu, saat di hari kejadian, sang anak tidak bisa dihubungi karena beberapa hari sebelumnya handphonenya hilang saat mendaki. Sang anak pun belum memiliki KTP. Siapa sangka jika kedua hal ini membuat sang anak tidak mudah dikenali saat tragedi tersebut terjadi.
“HP dan STNK ilang saat naik gunung ke Gunung Gede sebelum kejadian,” cerita sang ibu.

Sang ibu juga bilang, Gen Z dengan tinggi 180 cm ini bukan pertama kali mendaki. Sebelumnya pun terhitung sering mendaki. Gunung Karang, Gunung Slamet, dan banyak lagi.
Meski gemar mendaki, kelahiran Mei 2009 ini tidak merepotkan kedua orang tua, ia tidak meminta kepada bapak dan ibunya tapi menabung.
“Kakaknya juga suka naik gunung, tapi udah kerja. Kami belum sempet beliin HP. Karena harga HP kan mahal. Biasanya kalau mau beli HP, harus nabung dulu. Ini baru nabung Ro200 ribu,” tutur sang ibu yang mengaku asli Jawa Tengah ini.
Di sekolah, sang ibu memantau sang anak dengan sering komunikasi kepada wali kelas. Sang ibu bilang, apapun kelakuan anak mau jelek atau baik meminta sang walikelas memberitahukan kepadanya.
Sang ibu juga bercerita, sang anak mengambil jurusan animasi di SMKN 14 di Tigaraksa, Kabupaten Tangerang. “Pengennya jurusan listrik tapi kuotanya udah penuh,” kata sang ibu lagi.
Kepergian sang anak, membuat kedua orangtua ini terpukul. Namun keduanya mengaku sudah ikhlas.
“Sebagai bapak dan ibunya, kami udah ikhlas, tidak menyalahkan siapa siapa. Kami berharap dan menganggap, anak kami berjihad karena izin berangkat ke sekolah bukan ke tempat lain,” ungkap keduanya. Sang bapak bilang, sang anak bercita-cita ingin jadi tentara.
Belasungkawa
Bupati Tangerang Moch Maesyal R yang datang takziah menyampaikan belasungkawa dan menyampaikan doa terbaik untuk almarhum.
Wapres Gibran yang juga takziah juga menyampaikan duka mendalam. Dengan nada sedikit berbisik, Gibran bertanya, apakah pihak sekolah sudah datang untuk menengok atau takziah? Pertanyaan ini dijawab dengan anggukan oleh kedua orangtua.
Setelah berbincang-bincang dan mendengarkan keterangan kedua orangtua almarhum, Gibran pamit. Sambil bersaalaman, Gibran mengatakan semoga keluarga diberi kekuatan dan kesabaran.
Kapolda Banten Brigjenpol Hengkii S. Ik. M. H dan Gubernur Banten Andra Soni datang terlebih dahulu sebelum Gibran datang. Keduanya tidak banyak bertanya. Hanya mendengarkan cerita kedua orangtua korban.
Sebelum berpamitan, Andra Soni dan rombongan pejabat lain menyempatkan untuk masuk ke dalam rumah.
Sekitar pukul 15.11 WIB, rumah di Puri Bidara yang halamannya dipasangi tenda itu kembali senyap. Para pejabat beriringan pulang. Tinggal keluarga almarhum, kerabat, dan tetangga yang siap-siap melakukan pengajian untuk mengantarkan sang anak yang kembali menemui Sang Pencipta. Doa-doa menuju langit, semoga Gen Z yang dicintai orang-orang terdekat ini mendapat tempat terbaik di sana. Amin. (Zee)