Setahun bersama YouTube di 2024
ZETIZENS.ID – Dalam budaya pop global, konten kreator dipandang sebagai representasi negara dan komunitas mereka. Oleh karena itu, meskipun kerap mengikuti tren global, para kreator tetap berkomitmen untuk berkarya dengan gaya mereka sendiri.
Hal ini membuat budaya online Indonesia didominasi oleh kreator yang mengedepankan keunikan dan lokalitas, sekaligus menarik perhatian audiens global berkat identitas lokal yang otentik.
Dalam mempromosikan kultur lokal ke audiens yang lebih luas, atlet Indonesia menjadi salah satu penggerak utama.
Setelah mencuri perhatian di ajang internasional seperti Piala Asia AFC 2024 dan Kualifikasi Asia Piala Dunia 2026, Tim Nasional Sepak Bola Indonesia (Timnas Indonesia) menjadi topik hangat di YouTube. Para kreator mengunggah berbagai konten seputar perjalanan Timnas, mulai dari cuplikan pertandingan dan analisis strategi, hingga momen candid para pemain dan pelatih.
Konten yang dihasilkan oleh fans lokal maupun global ini turut menyemarakkan dukungan terhadap tim. Faktanya, secara global, kanal resmi Timnas Indonesia mendapatkan lebih dari 250 ribu subscribers dan lebih dari 20 juta penayangan pada tahun 2024.
Tak hanya sepak bola, jenis konten olahraga juga semakin beragam. Salah satunya adalah Red Sparks, tim bola voli asal Korea Selatan, yang berhasil menarik perhatian di Indonesia berkat kehadiran pemain Indonesia, Megawati. Selain konten tim vlog, penerjemah tim Red Sparks bahkan membuat konten di balik layar dalam bahasa Indonesia dan Korea, menjembatani kedua budaya sekaligus mempererat hubungan antar penggemar.
Kreator Indonesia memberdayakan tren global untuk menciptakan konten unik yang sesuai dengan selera audiens lokal.
Nuansa lokal adalah kunci keberhasilan kreator Indonesia dalam membuat konten yang berbeda dengan mengadaptasi format global.
Acara seperti kompetisi edutainment Clash of Champions (yang terinspirasi dari acara serupa di Korea Selatan, ‘University War’) atau laga tinju live streaming BYON Combat (yang mirip dengan laga dari kreator Barat seperti Jake Paul dan KSI) menunjukkan bahwa para kreator Indonesia mampu menyerap format dan tren luar negeri, untuk menciptakan momen budaya pop dengan kearifan lokal.
Hal ini juga berlaku dalam video game. Budaya gaming di Indonesia kini semakin terfokus dan terkonsentrasi di YouTube. Turnamen eSports besar seperti MPL Indonesia memprioritaskan YouTube dengan menyiarkan langsung pertandingan yang seringkali menjadi trending. Sementara itu, game buatan dalam negeri seperti Ojol the Game, di mana para gamer menjadi pengemudi ojek online, dan game mobile populer seperti Free Fire menjadikan YouTube sebagai platform utama bagi para gamer dan fandom di Indonesia. Sebagai contoh, banyaknya konten remix video kreator gaming populer yang dibuat oleh para fans dalam bentuk klip Shorts highlight, turut meningkatkan popularitas beberapa game tertentu dan menjaga komunitas gaming tetap hidup.
Tren format video pendek adalah pusat terjadinya transaksi antar budaya.
Delapan dari sepuluh lagu teratas dalam daftar EOY (End of Year) kami memiliki keterkaitan dengan tren Shorts, mendorong kreativitas dan menghidupkan kembali konten nostalgia.
Genre musik Indonesia seperti Dangdut berevolusi berkat tren Shorts, termasuk tren dance dan transisi makeup. Shorts juga menjadi fondasi bagi subgenre musik yang kian berkembang seperti Dangdut Koplo dan Jedag Jedug, yang berfokus pada konten remix.
Lagu-lagu seperti “Terek Bale” dan “Sekecewa Itu” bahkan lebih populer dengan nuansa baru lewat remix DJ. Hal ini pun menimbulkan perhatian global.
Para DJ di Indonesia kerap meremix berbagai musik dan mencapai kepopuleran melalui platform video pendek. “My Lecon”, lagu boyband asal Korea Selatan JTL dari awal tahun 2000-an, mendadak kembali viral ketika DJ lokal Prengky Gantay merilis versi Jedag Jedug.
Remix ini menjadi latar belakang lagu yang mengiringi tim pemandu sorak bisbol KIA Tigers di Korea Selatan, dengan ekspresi datar serta koreografinya yang sederhana yang justru menarik perhatian kreator lokal maupun global.
Tren ini menjadi sangat viral, bahkan menarik perhatian bintang pop Amerika, Olivia Rodrigo, dan komentator musik Australia, Derrick Gee. Ini merupakan contoh perpaduan budaya yang bersumber dari konten digital serta menunjukkan pengaruh lintas budaya yang kuat dalam membentuk budaya pop, baik di tingkat lokal maupun global.
Pada akhirnya, semangat kebanggaan lokal Indonesia semakin nyata dan terasa. Dari perayaan prestasi olahraga, atau sekadar menikmati konten lokal yang relevan, hingga berdansa diiringi genre musik lokal, lanskap konten Indonesia dibentuk dari harapan untuk memiliki representasi di dalam dan luar negeri.
Inilah momen yang tepat untuk merangkum semangat keanekaragaman daerah sekaligus menunjukkan bagaimana roda budaya berputar di dunia online Indonesia. (Sobri)