Kuliner

Cabai-cabai Pedas di Dunia, Apa Saja yang Kamu Tahu

ZETIZENS.ID – Bagi masyarakat Indonesia yang gemar pedas, sepi rasanya jika hidangan tanpa cabai.

Banyak jenis cabai di dunia dan beberapa di antaranya menduduki strata terpedas. Dan itu diukur dengan skor Scoville Heat Unit (SHU).

Pentingnya SHU sebagai metrik kepedasan yang diperkenalkan oleh apoteker Amerika, Wilbur Scoville pada tahun 1912.

Dengan menggunakan SHU, kita dapat mengukur konsentrasi senyawa kimia capsaicin, yang bertanggung jawab atas sensasi pedas yang tajam pada cabai.

Meskipun pada masa lalu capsaicin diukur melalui penilaian subjektif, saat ini laboratorium menggunakan kromatografi cair kinerja tinggi (HPLC) untuk memberikan pembacaan yang lebih obyektif. Berikut beberapa cabai di dunia yang dianggap pedas

Red Scotch Bonnets

Red Scotch Bonnets sebagai salah satu jenis cabai paling pedas yang telah lama menjadi acuan kepedasan.

Tumbuh secara alami di wilayah Afrika Barat dan Karibia, cabai ini tidak hanya bergantung pada popularitasnya dalam ranah kuliner, tetapi juga menciptakan jejak sebagai salah satu cabai dengan tingkat kepedasan yang mencolok.

Scotch Bonnet benar-benar menunjukkan kepedasan yang sulit diabaikan.

Keunikan Scotch Bonnet terletak pada pertumbuhannya yang alami di lingkungan tropis yang hangat. Berbeda dengan varietas lain yang mungkin telah mengalami persilangan dan modifikasi khusus, Scotch Bonnet hadir dengan keaslian yang unik.

Banyak digunakan dalam hidangan Karibia, cabai ini dapat dinikmati tanpa perlu repot dengan perlakuan khusus. Meskipun tetap memberikan sensasi panas yang menyegarkan, Scotch Bonnet memberikan pengalaman yang lebih terkelola, menjadikannya opsi menarik bagi mereka yang ingin merasakan kepedasan tanpa harus menghadapi tantangan ekstrim.

Bhut Jolokia

Cabai ini mempertahankan gelarnya sebagai raja kepedasan global hingga tahun 2011, ketika persaingan kepedasan cabai menciptakan ketegangan dan memecahkan rekor di seluruh dunia.

Walaupun Bhut Jolokia tidak lagi memegang gelar tertinggi, tingkat kepedasannya setara dengan 1 juta unit Scoville yang menjadikannya pilihan paling berapi-api bagi para pecinta rasa pedas yang berani.

Cabai ‘ghost papper’ ini memang telah menjadi ikon dalam dunia kuliner pedas, menggabungkan sensasi tajam dan kenikmatan dari kepedasan yang tak tertandingi.

Pot Douglah

Menonjol sebagai bintang di antara cabai-cabai terpedas dengan citarasa terbaik, Douglah memberikan pengalaman rasa yang unik dalam dunia kepedasan.

Berbeda dari kebanyakan cabai terpedas yang umumnya berwarna merah, Douglah menampilkan keindahan warna coklat khasnya. Meskipun mungkin tidak sepopuler cabai merah, Douglah membuktikan bahwa kecantikan dapat datang dalam berbagai warna.

Keasaman yang tidak kalah pedas dibandingkan dengan cabai merah menjadikan Douglah sebagai pilihan menarik bagi pencinta kepedasan yang mencari variasi. Douglah dapat dinikmati dalam berbagai bentuk, baik segar, kering, maupun dalam bentuk bubuk yang memberikan sentuhan pedas pada berbagai hidangan.

Douglah bukan hanya sekadar cabai, tetapi juga sebuah pengalaman kuliner yang memukau bagi mereka yang berani menjelajahi deretan kepedasan tak terlupakan.

Red Savina

Cabai Red Savina, yang memegang predikat sebagai cabai terpedas di dunia dari tahun 1994 hingga 2006, menciptakan era kepedasan puncak dengan intensitas yang mengejutkan. Dengan peringkat kepedasan maksimal mencapai 577.000 Unit Panas Scoville (SHU) dan rata-rata sekitar 463.500.

Red Savina, dengan semua kepedasannya yang memukau, tetap menjadi bagian tak terpisahkan dari sejarah kuliner pedas yang memicu tren eksplorasi rasa yang lebih berani.

Meskipun rasa pedasnya mampu membuat lidah terasa terbakar, jika dibandingkan dengan generasi penerusnya, Red Savina mungkin terasa lebih mudah dikendalikan.

Perlu dicatat bahwa, walaupun demikian, menghadapi cabai ini tetaplah suatu tindakan yang memerlukan kehati-hatian.

Infinity Chilli pepper

Dalam proses pengolahannya, disarankan untuk menggunakan sarung tangan saat menyiapkan cabai ini dan pastikan untuk tidak menggosok mata setelahnya.

Pada 2011, Infinity Chilli pepper mencapai puncaknya di Grantham, Lincolnshire, Inggris. Dengan nilai rata-rata Unit Panas Scoville (SHU) sekitar 1.176.182, cabai ini mencatat rekor dalam waktu singkat.

Sebuah restoran lokal di kota asalnya menawarkan hidangan tak tertandingi yang disebut ‘The Widower’, yang menggabungkan 20 Infinity Chilli peppers dan dipromosikan sebagai kari terpedas di dunia.

‘The Widower’ menjadi ujian sejati bagi para pencinta rasa pedas yang berani mencobanya, dan pada 2016, lebih dari 300 orang mencoba menyantap hidangan ini.

Namun, hanya satu orang yang berhasil menyelesaikan tantangan tersebut, meskipun dengan konsekuensi yang tak terduga, termasuk pengalaman halusinasi.

Melalui hidangan epik ini, Infinity Chilli pepper tidak hanya menggugah selera para petualang rasa pedas, tetapi juga menciptakan warisan legendaris dalam dunia kuliner pedas yang sulit dilupakan.

Trinidad Moruga

Berasal dari tanah yang subur di Trinidad dan Tobago, Trinidad Moruga mendapatkan reputasi sebagai salah satu cabai terpedas di dunia dengan peringkat Unit Panas Scoville (SHU) rata-rata mencapai 1,2 juta.

Diperlukan keberanian untuk merasakan cabai ini, yang dikatakan membawa konsekuensi luar biasa dengan sensasi pedasnya yang dapat membuat mulut dan tenggorokan terbakar selama setidaknya delapan menit.

Keunikan cabai ini tidak hanya terletak pada tingkat kepedasannya yang ekstrim, melainkan juga pada kebanggaannya sebagai produk alami dari Trinidad dan Tobago.

Dengan citarasa yang kuat dan karakteristik uniknya, Lada Kalajengking Trinidad Moruga tak hanya memuaskan keinginan para pencinta rasa pedas, tetapi juga menjadi simbol dari warisan kuliner yang membanggakan.

Mencicipi cabai ini bukan hanya sebuah uji nyali, melainkan juga sebuah perjalanan sensorial yang memperkenalkan keajaiban alam dari salah satu pulau eksotis di Karibia.

Naga Viper

Menjadi penguasa kepedasan pada tahun 2011, Naga Viper menetapkan standar tingkat kepedasan dengan peringkat Unit Panas Scoville (SHU) rata-rata sekitar 1.382.118.

Cabai ini menjadi pusat perhatian dalam dunia cabai pedas, memberikan tantangan yang berbeda bagi lidah yang berani.

Penting untuk tidak menyamakan Naga Viper dengan Dorset Naga, varietas cabai lain yang juga terkenal dengan tingkat kepedasan tinggi dan sering ditemui di Inggris.

Naga Viper tidak hanya dianggap sebagai cabai pedas semata, melainkan juga menunjukkan keterampilan perbanyakan yang luar biasa. Ditanam di Inggris, varietas ini menambah dimensi unik pada peta dunia cabai pedas.

Pengakuan sebagai salah satu varietas cabai terpedas menjadi kehormatan bagi Naga Viper, menempatkannya di antara pesaing-pesaing paling berani dalam dunia rasa pedas yang menyegarkan.

Trinidad Scorpion Butch T

Mendapat pengakuan resmi dari Guinness World Records pada Maret 2011, cabai ini mencatat peringkat Unit Panas Scoville (SHU) rata-rata sekitar 1.463.700. Meskipun tidak sepedas Carolina Reaper, Trinidad Scorpion Butch T tetap menjadi salah satu tantangan rasa yang tak terlupakan bagi pencinta pedas.

Ditanam di Australia, cabai ini menyimpan rahasia rempah yang sangat kuat, diakui sebagai “limpasan cair dari peternakan cacing” oleh Marcel de Wit, pencipta lada ini yang kuat. Kunci kesuksesannya terletak pada penggunaan pupuk yang unik, dikenal sebagai ‘jus cacing.’ Pupuk ini mengandung nutrisi, hormon pertumbuhan tanaman, dan promotor, serta kitin dari serangga mati yang memicu sistem pertahanan alami tanaman.

Trinidad Scorpion Butch T Chili tidak hanya dianggap sebagai cabai pedas belaka, tetapi juga mencerminkan perpaduan seni pertanian dan rekayasa rasa yang unik, memberikan pengalaman pedas yang mendalam dan berbeda bagi para penikmatnya.

Carolina Reaper Pepper

Carolina Reaper meraih gelar sebagai cabai terpedas di dunia, menggebrak lidah dengan peringkat Unit Panas Scoville (SHU) mencapai rata-rata 1.641.183. Angka ini tidak hanya mengungguli jalapeno lebih dari 650 kali lipat, tetapi juga menempatkan cabai ini sebagai penguasa resmi nomor 2 dalam dunia pedas, sebagaimana diakui oleh Guinness World Records pada tahun 2017.

Sumber kepedasan yang mengerikan ini berasal dari tanaman cabai yang dikelola dan ditanam dengan penuh dedikasi oleh petani cabai berbakat, Ed Currie, di Amerika Serikat.

Pengujian yang akurat di Winthrop University di South Carolina menegaskan dominasi Carolina Reaper sebagai raja kepedasan, mengukur dan memvalidasi tingkat kepedasan yang luar biasa ini.

Dalam proses penanaman dan pemanenan, para pekerja harus menggunakan dua lapis sarung tangan untuk melindungi diri dari dampak mengerikan minyak dalam cabai yang mampu melarutkan lateks.

Dengan reputasinya yang mendunia di kalangan pencinta cabai pedas, Carolina Reaper tidak hanya memuaskan lidah para penikmat rasa yang berani, tetapi juga memberikan pengalaman bercocok tanam dan panen yang benar-benar unik bagi para petani.

Itulah beberapa jenis cabai dengan tingkat kepedasan yang wow bingits sedunia. Pernah coba yang mana? (Hilal)

Hilal Ahmad

Gen Z Enthusiast yang suka menulis apa pun dan bertualang ke mana pun!

Tulisan Terkait

Back to top button