Dompet Dhuafa Banten Kecam Kekerasan Seksual di Sekolah, Beri Solusi Rumah Konseling

ZETIZENS.ID – Kasus kekerasan seksual di lingkungan pendidikan terasa begitu memprihatinkan, apalagi hal tersebut dilakukan oleh guru terhadap anak didiknya yang seharusnya memberi contoh dan pendidikan akhlak yang bagi bagi murid.
Kasus pelecehan seksual guru terhadap murid di SMAN 4 Kota Serang yang sempat viral dan ramai di demo oleh alumni dan siswanya sendiri terasa menyesakkan dada.
Fenomena kekerasan seksual atau pelecehan seksual di lingkungan pendidikan seperti fenomena gunung es, rasa malu, menjaga nama baik dan enggan berkonflik membuat pelaku seakan leluasa untuk terus bertindak serupa.
Data dari Komisi Nasional (Komnas) Perlindungan Anak Provinsi Banten hingga bulan juli 2025 terdapat 712 kasus kekerasan seksual yang terjadi di 8 kabupaten/kota wilayah Provinsi Banten.
Dari jumlah tersebut 523 kasus kekerasan terhadap anak dan 189 kasus kekerasan terhadap perempuan.
Data tersebut seakan menegaskan bahwa kasus kekerasan seksual terus bergulung karena minimnya pelaporan dan pendampingan psikologis bagi korban.
Pelaku mengalami masalah kesehatan mental dan korban berpotensi mengalami gangguan mental dalam jangka waktu lama.
Dompet Dhuafa (DD) Banten sebagai lembaga filantropi dengan 5 pilar program termasuk program kesehatan sangat menyayangkan banyaknya kasus ini dan mengecam kekerasan seksual yang dilakukan, apalagi tindakan tersebut dilakukan oleh guru terhadap muridnya.
DD Banten juga mendukung langkah tegas pihak berwenang untuk melakukan penahanan terhadap pelaku, pemerintah diharapkan juga bertindak tegas dengan pemberhentian bagi para oknum pendidik yang terbukti melakukan tindakan kekerasan seksual.
”Kejadian kemarin di sekolah menengah atas di Kota Serang sangat miris, guru terhadap murid dan bukan hanya satu guru, pemerintah harus tegas terhadap oknum seperti ini, diberhentikan pada saat terbukti menjadi tindakan yang wajib dilakukan pemerintah,” ujar Mokhlas Pidono, Pimpinan Cabang Dompet Dhuafa Banten di kantornya.
Menurutnya, kekerasan seksual akan memberikan dampak jangka panjang yang berat bagi korban.
Mentalnya akan terganggu sehingga belajarnya terganggu serta masa depannya menjadi riskan kalau tidak segera ditangani.
Kekerasan seksual terhadap anak di bawah umur, usia remaja atau SMA jelas membawa akibat yang sangat buruk bagi korban tersebut.
BERI SOLUSI RUMAH KONSELING
Sebagai lembaga filantropi, Dompet Dhuafa Banten bukan hanya mengecam melainkan juga membuat program nyata terkait kesehatan mental. Nama programnya adalah ”Rumah Konseling Aku Temanmu”.
Program ini mulai berjalan di tahun 2018, diawali oleh rasa prihatin akan banyaknya kekerasan seksual dan perilaku menyimpang terutama di kalangan remaja.
Dalam sepi, Program Rumah Konseling Aku Temanmu pernah mendapatkan pembiayaan program inovatif dan kreatif dari kemenristekdikti yang berkolaborasi dengan jurusan Bimbingan dan Konseling Universitas Sultan Ageng Tirtayasa tahun 2023.
Di tahun 2024, Rumah Konseling Aku Temanmu juga mendapatkan juara 3 SDGs Award dari Pemerintah Provinsi Banten atas kegiatan yang diselenggarakan oleh Bappeda Banten.
Kenapa yang demo sekolah SMA Negeri di Kecamatan Kasemen kemarin mayoritas alumni?
Pertama, pasti ada tekanan bagi mereka jika menyampaikan kejadian sewaktu masih jadi pelajar di sekolah tersebut.
Kedua, bagi korban tidak ada tempat mengadu yang aman, tempat bercerita, tempat curhat, bahkan wadah dimana dia bisa mendapatkan advokasi jika ingin melaporkan ke ranah hukum.
Program Rumah Konseling Aku Temanmu sampai hari ini sudah melayani lebih dari 1.000 penerima manfaat dengan permasalahan kesehatan mental yang beragam.
Mereka bisa konseling secara daring dengan kerahasiaan yang dijaga dengan komitmen, selain daring konseling tatap muka juga bisa dilakukan dengan konselor, bahkan jika masalahnya akut, mereka bisa dirujuk ke psikolog yang sudah bekerjasama dengan DD Banten.
Tak berhenti di situ, Rumah Konseling Aku Temanmu juga aktif melakukan program Aku Temanmu Goes to School, lebih dari 100 sekolah sudah dilayani secara gratis, melatih konselor sebaya di sekolah agar ketika ada temannya bermasalah, ia bisa menjadi konselor, tempat curhat dan teman bicara, karena akan semakin nyaman jika curhat dengan temannya yang sebaya.
Lalu untuk umum, setiap 3 bulan ada event Rumah Konseling Class, seminar kesehatan mental yang membahas isu-isu terkini, dengan mendatangkan psikolog yang digelar di tempat umum seperti cafe atau taman.
”Kami menyadari, kesehatan mental ini masalah serius. Orang bunuh diri, menyimpang perilakunya, kekerasan seksual dan banyak lagi masalah kesehatan mental. Untuk itu sejak 2018 kami adakan program ini. Yah, biasanya kan setelah ramai baru sadar bahwa hal seperti ini bukan problem sepele,” ucap Mokhlas menambahkan.
Dengan banyaknya kasus yang mencuat, agar tidak berlarut-larut dan menunggu menjadi alumni karena dikhawatirkan luka dan trauma semakin dalam. (Zee)