Resensi Buku Travelers’ Tales Belok Kanan : Barcelona!
ZETIZENS.ID – Mau tahue resensi Buku Travelers’ Tales Belok Kanan : Barcelona!? Yuk simak tulisan Rangga, Zetizens Jurnalistik 2023 ini.
Informasi Dasar
Judul : Travelers’ Tales Belok kanan : Barcelona!
Genre : Novel, Fiksi, Travel, Petualangan, Romansa, Komedi
Nama pengarang : Adhitya Mulya, Ninit Yunita, Alaya Setya, Iman Hidajat
Penerbit : PT. Gagas Media
Tahun terbit : 2007
Ukuran : 19 × 13 cm
Tebal buku : 240 halaman
Sinopsis :
Keempat orang bersahabat dari kecil. Di masa SMA mereka mulai saling jatuh cinta tanpa pernah tersampaikan. Retno dua kali menolak Francis padahal sebenarnya Farah memendam cinta pada pria itu. Menambah masalah jadi pelik, Jusuf juga sebenarnya menyayangi Farah.
Mereka tumbuh besar dan bekerja di negara berbeda. Masalah dimulai ketika Francis mengirimkan undangan kepada tiga sahabatnya bahwa dia akan menikah dengan gadis Spanyol di Barcelona.
Dari penjuru yang berbeda dan dengan budget terbatas, keempatnya pergi menuju Barcelona. Mereka membawa misinya masing-masing: mencari jawaban untuk pertanyaan yang tak pernah tersampaikan selama ini.
Latar Belakang Resensi :
Pada bulan Ramadhan 2024 saat digelar acara Zetizens Jurnalistik 2024 di Rumah Dunia, saya menerima buku novel “Travelers’s Tales Belok kanan : Barcelona!”.
Saya menunda membacanya karena masa itu tengah menyelesaikan komik yang belum habis saya baca.
Awal bulan Mei 2024 saya baru berkesempatan membacanya dan selesai membacanya setelah hampir satu bulan.
Ini adalah kali pertama saya membaca buku novel hingga tamat, sehingga saya menikmati saat-saat saya menulis resensi novel ini.
Unsur Intrinsik
Tema
Sesuai sinopsisnya, tema yang diusung dalam novel ini adalah percintaan dalam hubungan persahabatan yang diberi bumbu petualangan.
Plot
Plot dalam novel ini menggunakan alur maju dengan sedikit flashback. Seperti pada halaman 33 – 38 dalam novel yang menceritakan kisah Retno sewaktu SD.
Penokohan
– Farah Babedan, memiliki karakter yang emosional dan mudah cemburu
– Retno Wulandari, memiliki karakter yang lembut dan polos
– Jusuf Hasanuddin, memiliki karakter yang jenaka, cerdik dan bertekad kuat
– Francis Lim, memiliki karakter yang baik hati, dermawan, pekerja keras namun labil dan tidak berpendirian kuat
Selain 4 karakter utama tadi, banyak karakter sampingan dalam cerita ini seperti Inez, Andre, Csilla, Sisi, Joko, Mr. Zhang, Nino, Alfonso, Mr. Gunther, Raam, Kanti dan segudang tokoh tanpa nama lainnya seperti supir taksi, pilot helikopter, resepsionis hotel dan petugas keamanan bandara.
Latar
– Latar waktu : 1 September 2006, 1 September 2007. Cerita berjalan selama 1 tahun.
– Latar Tempat :
SD – SMA di kota Jakarta & Starbucks La Rambla Barcelona (Tokoh utama berkumpul)
Farah : Hoi-an, Amman, Budapest, Wina, Paris
Retno : Kopenhagen, Amsterdam, Milan, Madrid
Jusuf : Cape town, Nairobi, Abidjan, Dakkar, Marrakech, Seville, Algeciras
Francis : Kansas city, Atlanta, Cleveland, Miami, New York, Madrid
– Latar Suasana :
Tegang dan mencekam (Ketika Jusuf berada di wilayah perang saat meliput di Abidjan, ketika pesawat yang ditumpangi Jusuf tengah emergency landing, ketika Jusuf ditangkap petugas keamanan bandara di Algeciras,dll).
Panik (Ketika dompet Francis hilang, ketika sepasang sepatu kesayangan Farah tiba-tiba rusak saat di bandara, saat Mr. Gunther melihat Jusuf menaiki helikopter yang berbeda dari tujuannya ke Ghana, dll)
Bahagia (Ketika konser Francis ditonton oleh Retno, Ketika Francis makan bersama di rumah Raam, ketika kilas balik Farah dimainkan sebuah lagu oleh Francis saat SMA, dll)
Mendebarkan (Ketika semua orang menyatakan perasaan mereka di Starbucks La Rambla)
Sudut Pandang
– Dari sisi pengarang, cerita dalam novel ini diambil menggunakan sudut pandang orang ketiga.
– Dari sisi karakter, cerita dalam novel ini menggunakan kaya penulisan yang mengimplikasikan sudut pandang orang pertama.
Gaya Bahasa
Penulis menggunakan gaya bahasa yang santai dan luwes dengan banyak menggunakan kosakata gaul seperti “Elo” dan “Gue”.
Amanat
Ada dua pesan yang bisa saya tarik setelah membaca novel ini, pertama adalah tentang pentingnya memahami diri sendiri sebelum menjalin ikatan dengan orang lain.
Hal tersebut saya pelajari dari karakter Francis yang mengajak orang lain menikah dengannya ketika dirinya belum selesai dengan masa lalunya.
“You’re not in love, Cis…. You just like the idea of falling in love with Inez….”
“…”
“Membuat lo mengira bahwa elo sudah move on dari masa lalu lo.”
Good point. (Hal : 128)
Kedua, tentang kebulatan tekad dalam menuntaskan sebuah perasaaan entah seberapa sepele hal yang akan kita tuntaskan. Hal tersebut digambarkan oleh usaha tiap karakter dalam mengejar jawaban atas perasaan mereka.
Unsur Ekstrinsik
Latar Belakang Penulis
Penulis-penulis dalam novel ini memiliki latar belakang sebagai seorang backpackers’ yang telah menjelajahi banyak negara, mereka menuangkan pengalaman mereka dalam sudut pandang perjalanan tiap karakter.
Berdasarkan profil yang mereka tuliskan dalam buku, berikut beberapa negara yang mereka kunjungi dan memiliki kesamaan lokasi dengan negara-negara yang dikunjungi oleh karakter dalam cerita.
-Adhitya Mulya : Abidjan, Paris
-Ninit Yunita : Barcelona, Abidjan
-Alaya Setya : Roma
-Iman Hidajat : Negara bagian Arizona
Review
Kelebihan :
– Konsep yang digagas dalam novel ini cukup unik dari cerita romansa kebanyakan, bukan hanya cinta segitiga, melainkan cinta segiempat yang dibalut dalam bumbu-bumbu travelling.
– Perlu diingat bahwa buku ini ditulis oleh empat orang penulis, namun cerita di dalamnya tetap berjalan rapi dan runtut menuju satu tujuan
– Gaya bahasa yang digunakan penulis cukup luwes dan tidak kaku sehingga tidak membosankan untuk dibaca apalagi bagi anak muda.
– Banyak tips dan pengetahuan seputar travelling terutama sebagai backpackers’ yang disajikan oleh penulis di sela-sela cerita seperti planning, transit, networking, security, food dan medical tips.
– Novel ini memiliki unsur komedi yang gokil, saya tidak pernah terbayang akan bisa tertawa hanya karena serangkaian kalimat. Terlebih karakter jusuf yang bahkan pada situasi hidup dan mati pun masih sempat untuk membanyol.
”YOU KNOW GUYS!! THIS IS ALL OSCAR WINNING MATERIAL, YOU HAVE!!!” gua berusaha menengahi, “BUT LET’S JUST CONCENTRATE ON DYING, YES?”
Ternyata kata “dying” dari mulut gua membuat semua orang tambah jerit. Sh*t! (Hal:85)
Kekurangan :
-Ending cerita yang menurut saya terlalu Rushed. Para karakter dalam cerita memasuki konflik hingga penghujung cerita dengan rapi, bahkan saya turut terbawa ke dalam cerita dan ikut penasaran bagaimana puncak konflik akan berakhir (pernyataan cinta tiap karakter).
Namun, sesampainya pada bagian tersebut saya justru kecewa karena apabila ditinjau dengan 3 act rules, maka eksekusi cerita pada novel ini sebagai act terakhir tidak memiliki bobot yang sebanding dengan 2 act sebelumnya karena disajikan terburu-buru.
– Inkonsistensi bahasa, beberapa kali saya temukan percakapan dengan karakter dari negara asing yang berbicara menggunakan Bahasa asli mereka atau Bahasa Inggris, namun pada bagian berikutnya tiba-tiba berubah menjadi Bahasa Indonesia atau sebaliknya.
“Is it free? Can I sit here?” Cowok. Rambut pirang keriting pakai kacamata.
”Sure,” kata gue sok ramah.
Namanya Andre. Dari Brazil. (Hal:180)
“Apaan tuh ‘Bitte rechts stehen’?” tanya gue penasaran karena melihat banyak tulisan itu di sepanjang eskalator.
”Berdirilah di sebelah kanan. Di sini jalur kiri untuk yang buru-buru. Jadi kalau cuma berdiri, ya di bagian kanan eskalator aja,” jelas Andre. (Hal:181)
Saya mengerti alasan dibalik Keputusan penulis melakukan hal demikian, supaya percakapan yang lebih kompleks mudah dipahami pembaca.
Namun hal tersebut cukup menganggu karena saat saya selaku pembaca sudah mendapatkan kesan karakter-karakter tadi sebagai seorang dari negeri asing, dan apabila perlu secara mendadak membayangkan mereka bisa berbahasa Indonesia fasih, itu adalah hal yang aneh.
Penulis bisa dengan leluasa menjelaskan banyak istilah asing dalam dunia travelling, maka seharusnya mereka juga lebih berani untuk konsisten dalam penggunaan bahasa yang digunakan karakter dalam cerita. (*)
Ditulis oleh Rangga, Zetizens Jurnalistik 2023.