Life Style

Mengenal Angling Dharma yang Beredar Versi AI di YouTube

ZETIZENS.ID – Kaget gak sih saat buka YouTube muncul video official trailer Angling Dharma 2024? Nyaris senang karena ternyata kisah yang sempat populer di kalangan generasi Y melalui sinema kolosal laga yang tayang di televisi ini bakal hadir lagi.

Namun itu hanya produksi menggunakan AI alias hanya kreativitas netizen. Padahal kalau Angling Dharma diproduksi ulang, bisa menjadi hal baru bagi gen Z untuk mengenal sosok dan kisah Angling Dharma.

FYI, Prabu Angling Dharma adalah nama seorang tokoh legenda dalam tradisi Jawa, yang dianggap sebagai titisan Batara Wisnu. Dalam legenda, Prabu Angling Dharma dilahirkan oleh Pramesti, putri Jayabaya.

Sementara Jayabaya merupakan putra Gendrayana, cucu Yudayana dan cicit Parikesit.

Silsilahnya jika ditarik sampai ke tokoh Mahabharata: Abimanyu, ayah Parikesit dan Arjuna, kakek Parikesit. Dia bertakhta di Kerajaan Malawapati.

Kisah ini dapat ditemukan dalam bentuk relief di candi Jago. Sebagai sebuah cerita, kisah ini dikenal baik dalam kidung maupun Serat Angling Dharma.

Penentuan kisah relief merupakan tafsiran Thomas M. Hunter, ahli linguistik dan Jawa Kuno, berdasarkan naskah yang tak diterbitkan karya Bambang Soetrisno, mantan juru kunci Candi Jago.

Tafsiran itu, pertama kali diungkapnya lewat seminar pada tahun 1989 yang kemudian dituliskan lewat makalah berjudul “The Aridharma Reliefs of Candi Jago” yang terbit dalam Society and Culture of Southeast Asia: Continuities and Changes pada tahun 2000.

Secara keseluruhan, kisah Angling Dharma terdapat dalam tujuh panil relief. Kisahnya di relief didahului dengan adegan naga jantan merayu naga betina.

Di Candi Jago, relief Angling Dharma bisa ditemukan di kaki candi, tepatnya pada sisi timur laut. Letaknya setelah relief Tantri Kamandaka dan sebelum relief Kuñjarakarna.

Walaupun demikian, relief Angling Dharma yang dipahat di Candi Jago bukan relief yang dibuat pada masa Singhasari. Mengingat Candi Jago dibangun sebagai pendharmaan bagi Raja Singhasari, Wisnuwardhana.

Relief ini dipahat pada bangunan yang dipugar pada masa Hayam Wuruk. Pada Nagarakretagama disebutkan Hayam Wuruk melakukan pemugaran terhadap 27 pendharmaan leluhurnya. Candi Jago mengalami perombakan signifikan secara arsitektural.

Selain di Candi Jago, masyarakat banyak yang percaya kisah Angling Dharma juga terbaca di relief Candi Mirigambar. Namun banyak ahli yang meragukannya, di antaranya arkeolog Belanda, N. J. Krom dan Knebel.

Untuk sebagian orang, legenda ini bukanlah cerita biasa. Beberapa daerah, khususnya Jawa Tengah dan Jawa Timur, percaya tokoh itu pernah hidup di masa lalu.

Diduga makam dan peninggalan Prabu Angling Dharma berada di Desa Baleadi, Sukolilo, Kabupaten Pati, Jawa Tengah. Letaknya di Desa Mlawat, Kecamatan Sukolilo.

Nama Mlawat mirip Malawapati, kerajaan Angling Dharma. Dua kilometer dari sana, di Desa Kedung Winong, Kecamatan Sukolilo, diyakini terdapat makam Patih Batik Madrim, tokoh dalam kisah Angling Dharma.

Di daerah Bojonegoro juga terdapat Situs Mlawatan di Desa Wotangare, Kalatidu, yang dipercaya sebagai petilasan Angling Dharma.

Angling Dharma bahkan sempat diwacanakan menjadi ikon Kota Bojonegoro. Sampai-sampai tulisan di gapura perbatasan berbunyi: “Selamat Datang di Bumi Angling Dharma”. Tim kesebelasan kota itu, Persibo, juga punya julukan “Laskar Angling Dharma”.

Salah satu keistimewaan tokoh ini adalah kemampuannya untuk mengetahui bahasa segala jenis binatang dan juga disebut sebagai keturunan Arjuna, seorang tokoh utama dalam kisah Mahabharata.

Kisah Angling Dharma adalah kisah legenda rakyat. Menurut Dwi Cahyono, arkeolog Universitas Negeri Malang, kisah ini muncul terlebih dahulu dalam tradisi lisan sebelum masa Majapahit. (Zee)

Tulisan Terkait

Back to top button