Edu

Kukerta 91 UIN SMH Banten Kunjungi Tempat Ziarah Keramat

ZETIZENS.ID – Pada Selasa (30/7/2024) mahasiswa Kukerta Kelompok 91 UIN SMH Banten mengunjungi makam keramat Gununganten yang terletak di Desa Gununganten, Kecamatan Cimarga, Kabupaten Lebak, Banten.

Makam keramat Gununganten sudah ada sejak lama yaitu sebelum kemerdekaan Indonesia, ketika itu masih dalam masa penjajahan.

Ki Jangga yakni seseorang yang pertama kali menemukan makam keramat ini. Pada saat itu, Ki Jangga sedang mengukur tanah, kemudian menemukan batu nisan.

Batu tersebut muncul secara tiba-tiba dari dalam tanah. Awalnya hanya beberapa saja, akan tetapi seiring berjalannya waktu bertambah pula batu nisan tersebut hingga sekarang sudah mencapai 56 makam keramat wali.

Dari 56 makam keramat, ada satu makam yang paling terkenal dengan batu yang lebih besar dibandingkan dengan nisan yang lainnya yaitu makam Ki Buyut Sepuh Langlangbuana.

Adapun makam lainnya yaitu Ki Buyut Korang, Ki Buyut Haji, Ki Buyut Parabu, Ki Buyut Jaya Sakti, dan masih banyak lagi. Semua batu nisan ini ditutupi dengan kain kafan.

Meskipun tidak ada bukti sejarah yang menguatkan perihal makam keramat ini, masyarakat setempat percaya bahwa tokoh-tokoh yang berada di makam tersebut merupakan seorang wali yang menyebarkan dan mengajarkan agama Islam di Gununganten.

Dengan diberikan petunjuk melalui mimpi kepada beberapa orang tertentu yang memiliki pengalaman spiritual yang tinggi terhadap makam keramat tersebut.

Makam keramat Gununganten ini ramai dikunjungi oleh peziarah dari berbagai daerah. Menurut Abah Tibli selaku kuncen sekaligus keturunan ke-7 dari Ki Jangga mengungkapkan bahwa peziarah ini bukan hanya dari Banten saja, tetapi dari luar Banten bahkan dari luar negeri.

“Hampir seluruh daerah di Indonesia pernah bahkan bahkan dering berziarah disini, seperti dari Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, Yogyakarta, Sulawesi, Sumatera Barat, Kalimantan, dan daerah lainnya. Adapun yang dari luar negeri itu dari Malaysia dan Singapura. Biasanya mereka datang pada malam Jum’at dan malam Selasa, itu waktu yang paling rame dikunjungi. Tapi, pada hari Selasa dan Jum’at pagi itu tidak boleh dikunjungi, atau larangan untuk berziarah,” tukasnya.

Ada beberapa dampak positif dan negatif dari adanya makam keramat Gununganten ini. Adapun dampak positif ini timbul dari masyarakat setempat seperti apa yang diucapkan oleh Jefri (54 tahun).

“Kami selaku warga setempat mendukung karena tidak ada yang aneh-aneh dari makam ini dan warga-warga setempat juga saling membantu satu sama lain,” tuturnya.

Dampak negatifnya yakni ada beberapa oknum yang mengatasnamakan Abah Tibli demi keuntungan bisnis pribadi. Selain itu, banyak peziarah yang datang dengan tujuan yang menyimpang seperti pesugihan dan hal-hal menyimpang lainnya.

Abah Tibli menegaskan bahwa di sini bukan untuk mencari keuntungan semata, tetapi untuk mencari barokah dan niat karena Allah Ta’ala.

“Kalau ada peziarah yang datang dengan tujuan menyimpang dan pesugihan, Abah tolak dengan keras dan suruh pulang tidak boleh kesini lagi. Karena yang datang kesini hanya untuk orang-orang yang punya niat baik, mencari barokah, dan beribadah karena Allah SWT,” pungkasnya. (*)

Ditulis oleh : Kusniah, Solihin, Nadia, Alif

Tulisan Terkait

Back to top button