Dies Natalis ke-44, Dewan Guru Besar Binus University Soroti Penggunaan AI yang Baik dan Benar
Dewan Guru Besar BINUS University mencoba hadirkan solusi di pembelajaran kampusnya untuk menjawab berbagai tantangan global

ZETIZENS.ID – Teknologi Artificial Intelligence (AI), meski tengah berkembang pesat di masyarakat, kemampuan dan penggunaannya hingga saat ini belum bisa menyamai seratus persen kemampuan berpikir manusia.
Meski para peneliti bidang ini terus mengembangkan AI yang bisa “belajar” nilai-nilai etika, namun teknologi kecerdasan buatan ini bisa diklaim belum memiliki nurani.
Demikian yang dikatakan para dewan guru besar BINUS University dalam forum strategis yang digelar bertepatan dengan perayaan Dies Natalis ke-44 mereka di Kampus Binus Anggrek, Jakarta Barat pada Selasa (1/7/2025) kemarin.
Prof. Dr. Ir. Derwin Suhartono, S.Kom., MTI yang merupakan salah satu Dewan Guru Besar BINUS University menyoroti penggunaan AI saat ini masih belum dilakukan secara benar. Kritiknya keluar, terutama ditujukan bagi para pembuat konten AI dalam negeri yang kerap sembarangan membuat prompt atau perintah dalam kreasi kontennya.
“Saya melihat ada konten AI, hari pertama di neraka. Sebagai alat kecerdasan buatan, AI bisa memberikan visual yang diperintahkan karena sejatinya AI tidak punya nurani. Dari sinilah saya melihat penggunaan AI belum dilakukan secara benar,” ucapnya saat ditemui Zetizen, Selasa siang.
Prof. Derwin merekomendasikan, moral penggunaan AI bisa diberikan oleh para guru untuk tak hanya memberikan pengajaran perkembangan teknologi informasi AI yang menjadi fondasi pengetahuan siswa soal ini. Namun juga tugas guru adalah menanamkan nilai-nilai, sikap dan moral yang baik ke para siswa agar nurani dalam penggunaan AI dimiliki siswa.
“Belajar kurikulum AI bukan sekadar mengajarkan tools-nya, namun di BINUS, kami menerapkan pembelajaran AI di semua jurusan, bukan karena sekadar adaptif dan agile, agar mampu mengimbangi kecepatan inovasi teknologi digital yang kian disruptif, namun mereka juga belajar membuatnya dan menyikapi ketika membuat sesuatu karena belajar apapun itu untuk membantu siswa tumbuh berkembang,” jelasnya lagi.
Penggunaan AI dalam kurikulum Binus University dapat meningkatkan efektivitas pembelajaran dengan berbagai cara. AI dapat membantu meningkatkan kemampuan analisis dan pemecahan masalah mahasiswa, serta membantu mereka mengembangkan keterampilan yang relevan dengan industri.
Dengan menggunakan AI, siswa dapat belajar lebih interaktif dan dinamis, serta dapat meningkatkan kemampuan mereka dalam menggunakan teknologi. Selain itu, AI juga dapat membantu pendidik dalam mengembangkan kurikulum yang lebih relevan dan efektif, serta meningkatkan kualitas penilaian dan umpan balik.
Dengan demikian, penggunaan AI dalam kurikulum Binus University dapat meningkatkan kualitas pendidikan dan mempersiapkan mahasiswa untuk menghadapi tantangan dunia yang
multidimensi dan kompleks.
Menanggapi berbagai fenomena yang tengah terjadi di Indonesia maupun secara global, tak hanya menyikapi disrupsi teknologi, deqan Guru Besar BINUS University juga menjawab tantangan ekonomi, dinamika politik dan hukum, perkembangan life science, hingga krisis dalam pendidikan dan nilai-nilai kemanusiaan dengan terus memberikan kontribusi nyata melalui pemikiran strategis lintas disiplin ilmu.
Di tengah pusaran tantangan tersebut, BINUS University menegaskan kembali perannya sebagai institusi pendidikan tinggi yang tidak hanya hadir untuk melahirkan lulusan unggul, tetapi juga untuk menawarkan solusi berbasis ilmu pengetahuan.
Sejumlah Guru Besar BINUS University dari berbagai bidang menyampaikan pandangannya terkait kondisi bangsa dan menawarkan solusi berbasis keilmuan, riset, serta pengalaman lintas sektor.
Ketua Dewan Guru Besar BINUS University, Prof. Dr. Ir. Harjanto Prabowo,
M.M., membuka kegiatan dengan menegaskan komitmen BINUS University
dalam berkontribusi aktif terhadap kemajuan Indonesia.
“Dewan Guru Besar adalah kekuatan intelektual BINUS yang hadir tidak hanya untuk membimbing dunia akademik, tapi juga sebagai suara moral dan ilmiah yang menjawab persoalan masyarakat dan bangsa,” ungkapnya.
Sebagai bagian dari visi BINUS 2035 “A World-class University, Fostering and
Empowering the Society in Building and Serving the Nation”, BINUS University
melalui Dewan Guru Besar berkomitmen terus hadir dalam memberikan kontribusi dan solusi konkret atas persoalan bangsa dan juga dunia. Tidak hanya melalui pendidikan dan riset, tetapi juga dengan mendampingi masyarakat dalam proses perubahan yang berkelanjutan.
Selain.bidang teknologi, masing-masing Guru Besar menyampaikan juga
pemikirannya, diantaranya Prof. Yanthi Rumbina Ianova Hutagaol, S.P., M.Acc., Ph.D. menggarisbawahi pentingnya etika digitalisasi di sektor ekonomi, khususnya
UMKM. Menurutnya, transformasi digital yang sukses bukan hanya soal teknologi, tapi juga keberanian untuk menjaga integritas, transparansi, dan nilai-nilai keadilan sosial dalam praktik bisnis sehari-hari.
Sementara Prof. Dr. Shidarta, S.H., M.Hum. menyoroti kondisi dinamika politik dan hukum di Indonesia dan menegaskan bahwa penegakan hukum dan stabilitas politik tidak cukup hanya dengan pendekatan normatif, tetapi juga perlu integritas, pendidikan etika hukum, dan peran serta publik dalam
pengawasan.
Menyusul pemaparan Prof. Dr. Nesti F. Sianipar, S.P., M.Si. menyampaikan tentang ketahanan pangan, dan kesehatan masyarakat sebagai tantangan lintas generasi. Ia menyampaikan berbagai inovasi yang dilahirkan untuk mendukung kestabilan pangan tersebut.
Adapun Prof. Dr. Ir. Sasmoko, M.Pd., M.A., CIRR, IPU, ASEAN Eng., SMIEEE
menyampaikan pentingnya revolusi pendidikan yang didukung kecerdasan
buatan. Ia menekankan bahwa AI bukan pengganti pendidik, melainkan partner strategis untuk menciptakan pengalaman belajar personal, relevan, dan berorientasi pada pembentukan karakter generasi emas 2045.
Selanjutnya Prof. Gatot Soepriyanto, S.E., Ak., M.Buss (Acc)., Ph.D., CA, CFE
memberikan refleksi kritis atas banyaknya kegagalan startup di Indonesia, yang menurutnya mencerminkan kebutuhan mendesak akan literasi keuangan, tata kelola korporasi yang kuat, dan pengawasan regulatif yang progresif namun inklusif terhadap inovasi.
Forum ini bukan hanya menjadi ajang akademik, melainkan juga momen
refleksi dan kontribusi nyata dari Dewan Guru Besar BINUS University terhadap
kondisi Indonesia dan dunia.
“Kami percaya bahwa dunia saat ini membutuhkan lebih dari sekadar wacana. Dunia membutuhkan solusi. Dan solusi lahir dari pemikiran yang tajam dan kolaboratif,” tutup Prof. Harjanto Prabowo. (*)